GAMBAR
Daftar Sinopsis Cinta Elif Episode 23
.
“Oh, selamat datang....” tayyar
menyambut kedatangan mereka di pintu gerbang.
“Maafkan kami, Paman tayyar. Kami
mengganggumi di jam-jam sekarang.”
“Tak masalah. Aku juga baru pulang dari
kantor! Masuklah! Selamat datang.”
Mert lalu keluar dan bertanya, “Apa yang
terjadi?”
“Tak. Tak ada yang terjadi.” Jawab Elif.
Nilufer lalu duduk bersama Mert di
bangku teras. Sedangkan Elif dan Tayyar masuk ke dalam rumah.
Mert bertanya pada Nilufer yang sedang
menangis. “Apa yang terjadi? Apa kau bertengkar dengan Elif?”
Nilufer tak menjawab. Menangis. Mert
lalu memeluknya.
Di ruang tamu, Elif berbincang dengan
Tayyar.
“Paman Tayyar, bisakah Nilufer tinggal
bersamamu sementara waktu?”
“Dengan senang hati, tentu saja dia bisa
tinggal disini. Kalian putri-putriku.”
“Dia menghabiskan waktu dengan seorang
pria yang bisa melukainya, tapi dia tak bisa melihat semua itu. Aku tak ingin
dia tinggal sendirian, Paman.”
“Jangan takut. Aku akan menjaganya seperti
ayahnya.”
“Terima kasih banyak. Dan kita harus
membahas kuliahnya. Dia menghentikan study-nya, padahal dia bisa
melanjutkannya... tapi...aku tak ingin dia pergi ke New York.”
“Baiklah. Kita akan mengurus semua itu
juga. Presiden universitas tempat Mert kuliah adalah temanku di klub. Itu
mudah.”
“Aku tidak tahu bagaimana aku harus
berterima kasih padamu...” Elif menggenggam tangan Tayyar. “Setiap aku
membutuhkan bantuan, kau selalu mengulurkan tanganmu.”
“Lalu, apa yang kau lakukan sendirian di
rumah sebesar itu? Karena Asli belum kembali. Atau kau akan menutup rumah itu?”
“Aku tidak akan berada di sini sementara
waktu...”
“Aku mulai khawatir sekarang...kemana
kau akan pergi? Apa kau akan pergi ke Roma?”
“Bukan. Sebenarnya aku masih akan
tinggal disini...tapi ada masalah yang butuh kuselesaikan. Maksudku... aku tak
akan bisa melanjutkan hidupku sampai semua beban itu lepas dari bahuku. Atau
saudari-saudariku yang akan tersakiti dan bukan diriku. Paman Tayyar... aku
telah membuat keputusan penting untuk diriku sendiri. Karena kami tidak
memiliki siapapun kecuali diri kami sendiri. Dan tentu saja, karenamu juga. Aku
harap aku bisa membayar semua hutang-hutangku suatu hari nanti.”
“Kau membicarakan sebuah teka-teki,
Elif. Aku merasa sedih sekarang. Bicaralah yang terus terang! Kemana kau akan
pergi?”
“Kau akan tahu nanti. Itu bukanlah
tempat rahasia.”
“Baiklah!”
Elif dan Tayyar keluar menemui Nilufer
dan Mert.
Setelah pamitan singkat, Elif akhirnya
pergi. Nilufer tampak acuh saja.
Tayyar lantas menasehati Nilufer agar
tinggal di rumahnya sementara waktu sampai kemarah Elif mereda. Tayyar lalu
meminta ponselnya Nilufer.
“Kenapa? Apa ada yang salah dengan
ponselku?” Tanya Nilufer.
“Aku sudah berjanji pada kakakmu! Aku
tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Itu akan membuatku menyesal.
Berikan ponselmu! Aku akan menyimpannya, dan nanti kau bisa mendapatkannya
lagi!” Janji Tayyar.
Nilufer akhirnya bersedia memberikan
ponselnya.
Di lantai dua rumahnya, Tayyar menelepon
Metin.
.
“Oh, selamat datang....” tayyar
menyambut kedatangan mereka di pintu gerbang.
“Maafkan kami, Paman tayyar. Kami
mengganggumi di jam-jam sekarang.”
“Tak masalah. Aku juga baru pulang dari
kantor! Masuklah! Selamat datang.”
Mert lalu keluar dan bertanya, “Apa yang
terjadi?”
“Tak. Tak ada yang terjadi.” Jawab Elif.
Nilufer lalu duduk bersama Mert di
bangku teras. Sedangkan Elif dan Tayyar masuk ke dalam rumah.
Mert bertanya pada Nilufer yang sedang
menangis. “Apa yang terjadi? Apa kau bertengkar dengan Elif?”
Nilufer tak menjawab. Menangis. Mert
lalu memeluknya.
Di ruang tamu, Elif berbincang dengan
Tayyar.
“Paman Tayyar, bisakah Nilufer tinggal
bersamamu sementara waktu?”
“Dengan senang hati, tentu saja dia bisa
tinggal disini. Kalian putri-putriku.”
“Dia menghabiskan waktu dengan seorang
pria yang bisa melukainya, tapi dia tak bisa melihat semua itu. Aku tak ingin
dia tinggal sendirian, Paman.”
“Jangan takut. Aku akan menjaganya seperti
ayahnya.”
“Terima kasih banyak. Dan kita harus
membahas kuliahnya. Dia menghentikan study-nya, padahal dia bisa
melanjutkannya... tapi...aku tak ingin dia pergi ke New York.”
“Baiklah. Kita akan mengurus semua itu
juga. Presiden universitas tempat Mert kuliah adalah temanku di klub. Itu
mudah.”
“Aku tidak tahu bagaimana aku harus
berterima kasih padamu...” Elif menggenggam tangan Tayyar. “Setiap aku
membutuhkan bantuan, kau selalu mengulurkan tanganmu.”
“Lalu, apa yang kau lakukan sendirian di
rumah sebesar itu? Karena Asli belum kembali. Atau kau akan menutup rumah itu?”
“Aku tidak akan berada di sini sementara
waktu...”
“Aku mulai khawatir sekarang...kemana
kau akan pergi? Apa kau akan pergi ke Roma?”
“Bukan. Sebenarnya aku masih akan
tinggal disini...tapi ada masalah yang butuh kuselesaikan. Maksudku... aku tak
akan bisa melanjutkan hidupku sampai semua beban itu lepas dari bahuku. Atau
saudari-saudariku yang akan tersakiti dan bukan diriku. Paman Tayyar... aku
telah membuat keputusan penting untuk diriku sendiri. Karena kami tidak
memiliki siapapun kecuali diri kami sendiri. Dan tentu saja, karenamu juga. Aku
harap aku bisa membayar semua hutang-hutangku suatu hari nanti.”
“Kau membicarakan sebuah teka-teki,
Elif. Aku merasa sedih sekarang. Bicaralah yang terus terang! Kemana kau akan
pergi?”
“Kau akan tahu nanti. Itu bukanlah
tempat rahasia.”
“Baiklah!”
Elif dan Tayyar keluar menemui Nilufer
dan Mert.
Setelah pamitan singkat, Elif akhirnya
pergi. Nilufer tampak acuh saja.
Tayyar lantas menasehati Nilufer agar
tinggal di rumahnya sementara waktu sampai kemarah Elif mereda. Tayyar lalu
meminta ponselnya Nilufer.
“Kenapa? Apa ada yang salah dengan
ponselku?” Tanya Nilufer.
“Aku sudah berjanji pada kakakmu! Aku
tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Itu akan membuatku menyesal.
Berikan ponselmu! Aku akan menyimpannya, dan nanti kau bisa mendapatkannya
lagi!” Janji Tayyar.
Nilufer akhirnya bersedia memberikan
ponselnya.
Di lantai dua rumahnya, Tayyar menelepon
Metin.
LANJUT BAGIAN KEENAM
Daftar Sinopsis Cinta Elif Episode 23