Daftar Sinopsis Cinta Elif Episode 23
.
Elif lalu memberi Huliya seamplop uang
dan menyuruhnya cuti sementara waktu. Saa Asli pulang dari rumah sakit, dia
bisa kembali bekerja lagi.
Di rumahnya, Tayyar yang sedang sarapan,
ditelepon Metin.
“Mungkin kau ingin membaca surat kabar
yang mendoakan arwahnya Taner!” Beritahu Metin.
“Jika kau tak mendapatkan Elif, kau tak
akan mendengar “akhirnya selesai” dariku Metin.” Tayyar menutup ponselnya.
Metin masuk ke dalam mobilnya, dan
menghubungi Nilufer. Rupanya ponsel Nilufer ada bersama Tayyar. Tayyar pun
marah.
Elif meninggalkan rumahnya. Dia masuk ke
dalam mobil dan mengemudikannya.
Rupanya pagi itu Elif mendatangi kantor
polisi. Dia berniat melaporkan Metin dan juga dirinya sendiri. Namun tiba-tiba
ada mobil hitam melintas di dekatnya. Seseorang turun dari mobil, membawa
karung dan menyekap Elif di dalam mobilnya.
Mobil hitam itu lalu pergi ke suatu
tempat terpencil. Di rumah tua, dekat rel kereta.
Di dalam mobil, Elif yang wajahnya
tertutupi karung dan tangannya terikat, terus saja berteriak. Sang penculik
yang duduk di depannya akhirnya melepas ikatan tangan dan juga pembungkus wajah
Elif. Elif akhirnya tahu siapa yang menculiknya.
“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya
Elif.
Rupanya yang membawa Elif ke tempat itu
adalah Omer dan Komandan Sami.
“Omer! Apa aku ditahan?” Tanya Elif,
ketakutan.
Omer hanya diam, memandangi wajah Elif.
Sesekali ia menoleh ke belakang, ke Komandan Sami yang duduk di depan setir.
“Omer. Tolong katakan sesuatu. Dimana
kau membawaku? Akankah kau menangkapku dan memenjarakanku? Sebenarnya... aku
sudah berencana menyerahkan diriku sendiri. Pengacaraku pun sudah siap sekarang.”
“Kita tahu tahu Nona Elif. Itu kenapa
kami mencegahmu. Aku tak berharap menemuimu seperti ini. Tenanglah!” Ucap
Komandan Sami.
“Siapa kau?” tanya Elif. “Bisakah kau
jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi.”
“Aku Sami Tokgoz dari Biro Kejahatan Keuangan.
Kita disini untuk membicarakan uang yang telah kau cuci.”
Elif tampak shock.
Di penjara, jenazah Taner dibungkus
dengan kantong jenazah, lalu dievakuasi keluar sel. Ada petugas forensik juga.
Teman satu sel Taner yang sudah membunuhnya, berlagak memberikan kesakian pada
polisi.
“Aku berharap aku melihatnya... aku akan
bisa menghentikannya. Dia masih sangat mudah. Sungguh malang.”
Di ruang rahasianya, Tayyar sedang memotongi
daging hewan. Komisaris Ali datang.
Tayyar sedikit membahas tentang insting
seorang pembunuh.
Omer mengajak Elif turun dari mobil.
Elif merasa takut. Omer berusaha meyakinkannya, dan memegangi tangannya.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah tua. Di
dalamnya ada sebuah ruangan, yang dilengkapi meja kursi. Disanalah mereka
berdiskusi.
“Nona Elif, sekarang dengarkan aku
baik-baik! Tempat ini dan apa yang kita bicarakan disini akan tetap menjadi
rahasia kita. Tak ada yang tahu kecuali kita bertiga. Termasuk
saudara-saudaramu, pengacaramu, dan sahabatmu Bahar juga. Tak seorangpun yang
tahu!” Pinta Komisaris Sami.
“Begitupun kakakku atau Pelin dan Arda.
Tak seorangpun yang akan tahu kecuali kita bertiga.” Tambah Omer.
“Kenapa?”
“Itu untuk melindungimu?” Jawab Omer.
“Apa yang kalian inginkan dariku.”
“Untuk bekerjasama dengan kita....”
“Aku tak mengerti. Kerjasama apa?”
Komandan Sami lalu menjelaskan,
“Komplotan para pencucian uang yang menggunakanmu.... kau akan melakukan apa
yang mereka suruh, dan kami akan menangkap mereka pada saat mereka lengah.”
“Tidak. Aku tak bisa melakukan hal seperti
itu. Aku akan ketahuan.”
“Kau harus melakukannya. Ada videomu
yang dipegang mereka.”
“Apa kalian berdua benar-benar ingin aku
melakukannya?”
“Mereka akan terus memanfaatkanmu sampai
kau habis, dan kau menjadi salah satu dari mereka...lalu mereka akan
menghabisimu. Sekalipun kau masuk ke dalam penjara.... mereka tetap akan
menemukan mayatmu di manapun.” Jelas Omer.
Omer lalu melanjutkan, “Kau akan
membantu kami, dan kami akan menolongmu. Kau akan bisa menyingkirkan pria itu.”
Elif diam, dan memikirkan semua
perkataan Omer itu.
Di dalam mobilnya, Metin terus saja
memandangi keping CD (rekaman video Asli saat mendorong Zerrin hingga tewas).
Rupanya dia sedang menunggu di depan rumah Elif. Seorang anak buahnya lalu
datang masuk ke dalam mobil. Dia memberitahu Metin soal Nilufer.
“Kami sudah menemukan gadismu, Bos.”
“Dimana kau temukan?”
“Di rumahnya Tayyar. Dia pergi ke sana
dengan banyak barang. Dan dia tak pernah meninggalkan rumah itu sekalipun,
sejak dia masuk ke sana.”
Metin tampak pucat dan memikirkan
sesuatu.
Di rumah sakit, Asli duduk membaca
majalah di atas tempat tidurnya. Ekspresinya ceria, seolah tak pernah terjadi
apa-apa. Tayyar lalu masuk menemuinya.
“Asli, aku baru saja dikabari kalau
sudah siuman. Boleh aku masuk?”
“Tentu saja kau boleh masuk!” Ucap Asli
sembari memeluk Tayyar. “Aku ingin menanyakan sesuatu. Dimana keluargaku? Aku
bangun dan ibuku tak ada disini. Taner juga pergi. Ibuku tak seperti biasanya.
Dia tak pernah meninggalkanku seperti ini. Dimana mereka?”
Tayyar tampak heran, namun dia
sebenarnya tahu apa yang sudah dialami Asli. “Tenanglah. Kemarilah... kesini
dan duduklah!”
Mereka berdua lalu duduk di tempat
tidur.
“Asli, cobalah mengingat. Apa yang
terakhir kau ingat?” Tanya Tayyar.
“Kemarin, aku bertengkar dengan
seseorang di toko. Temanku hamil, dan aku membelikan hadiah untuknya... lalu...
ibuku dan Taner membawaku ke sini. Semuanya normal. Tapi lihatlah, aku sekarang
baik-baik saja. Aku bisa pulang. Benarkan? Ayolah!” Tutur Asli. Dia tak
mengingat apapun yang dialaminya selama di rumah sakit. Dia juga lupa bahwa
dirinya telah mendorong ibunya hingga ibunya jatuh dan meninggal.
Tayyar lalu memeluk Asli. “Kau memang
sehat. Jangan takut sekarang. Semuanya akan baik-baik saja!”
(Tayyar baru sadar kalau obat bius yang
diberikan berlian pada Asli kemarin telah membuat Asli hilang sebagian
ingatannya).
Kembali ke Elif, Omer, dan Komandan
Sami.
“Percayalah pada kita!” Kata Omer.
Komandan Sami berucap, “Pilihlah. Kau
bekerjasama dengankita, atau kau terima nasibmu, masuk ke dalam penjara! Tapi
kuberitahu. satu hari dipenjara rasanya seperti seribu tahun untuk gadis
secantik dirimu. Kami ingin memberimu pertolongan besar.”
“Jika aku menerima tawaran ini, kau
ingin aku melakukan apa?”
Omer lalu duduk di depan Elif dan
bertanya, “Kapan terakhir kali Metin meneleponmu?”
“Beberapa hari yang lalu. Hari saat
ibuku meninggal.”
“Apa yang dia katakan?”
“Dia ingin aku mengantarkan uangnya ke
Roma. Aku tak tahu. Aku tak mengerti dengannya. Katanya ada kurir baru yang
kabur, dan sesuatu terjadi.”
“Apa yang kau katakan padanya?”
“Aku menolaknya, karena aku ingin
menyingkirkannya, Omer!”
Komandan Sami menyahuti, “Itulah tujuan
pertama kita. Sempurna!”
Omer lalu memberi arahan pada Elif,
“Jika Metin meneleponmu lagi, jawab teleponnya. Bersikaplah seperti biasanya.
Bicara dengan tenang, dan jangan biarkan dia mencurigaimu. Terima saja apapun
dia perintahkan. Kau akan ke Roma, dan kami berdua akan mengikutimu secara
rahasia. Kita akan tahu setiap langkah yang kau buat. Dengan kata lain, kau
akan melakukan pencucian uang lagi.”
“Biar kuberitahu. Itu tidak mudah. Itu
berbahaya. Membutuhkan keberanian. Omer sangat mempercayaimu. Dia bilang, Elif
akan berhasil. Bukan begitu, My Lion?” Ucap Komandan Sami.
“Begitulah!” Jawab Omer.
Elif melirik Omer. Dia tak menyangka
kalau Omer ternyata masih sangat mempercayainya.
“Kau punya waktu lima menit. Pergilah
keluar, berkeliling, dan kembailah kesini untuk memberitahu kami.” Pinta
Komandan Sami pada Elif. “Tapi pembicaraan ini tak akan terulang lagi. Buatlah
keputusan! Kau bekerja sama dengan kita.... atau terima nasibmu dan mendekam di
penjara...lalu terbakar!”
Omer menambahkan, “Atau... jebloskan
orang-orang yang sudah menghancurkan keluargamu dan kehidupamu ke dalam
penjara. Kau akan membersihkan namamu dan selamat dari hukuman apapun. Elif,
pada akhirnya, ada pembunuh ayahmu. Jadi pikirkan baik-baik keputusanmu!”
Elif pun keluar. Katanya, butuh udara
segar. Di sana dia memikirkan semuanya. Omer mengintipnya dari balik jendela.
Elif berjalan di dekat mobil. Pikirannya bingung.
Elif lalu menoleh ke arah Omer. Mereka
saling berpandangan. Setelah itu Elif masuk ke ruangan.
“Aku terima tawaran kalian!”